BANJARBARU - Musim kemarau panjang dan kebakaran lahan yang menyebabkan kabut asap di Banjarbaru dalam sebulan terakhir berdampak pada Padang Golf Swargaloka. Sebagian rumput terlihat cokelat dan kering.
Ketua Bidang Pemeliharaan dan Perawatan Padang Golf Swargaloka, HM Subakhi, menyebut musim kemarau memang sudah rutin terjadi setiap tahun. Untuk merawatnya, pihaknya memberikan pupuk dan lapangan disiram setiap hari. "Namun tidak semua lapangan golf kami beri pupuk atau disiram. Yang kami siram dan beri pupuk hanya rumput di green. Karena kalau semua rumput kami lakukan seperti itu, saya yakin persediaan air yang ada di danau tidak akan cukup," ucapnya.
Ada tiga danau yang mereka jadikan sebagai stok air untuk menyiram rumput. Danau di hole 9, hole 13 dan hole 17. "Sekarang yang cukup banyak persediaan airnya hanya di hole 9 dan 17. Jadi, kami menyiram hanya dua kali sehari, karena cadangan air mulai menipis," paparnya.
Subakhi bersyukur kemarau sekarang tidak separah tahun 1997 lalu. "Saat itu kemaraunya sangat parah. Sampai-sampai kami mengambil air di irigasi menggunakan tandon besar sebanyak dua buah. Itu pun hanya dapat menyiram tiga hole saja," ingatnya.
Subakhi bersyukur kemarau sekarang tidak separah tahun 1997 lalu. "Saat itu kemaraunya sangat parah. Sampai-sampai kami mengambil air di irigasi menggunakan tandon besar sebanyak dua buah. Itu pun hanya dapat menyiram tiga hole saja," ingatnya.
Keringnya rumput di lapangan dan untuk menghindari kebakaran, mereka mengimbau kepada pegolf yang bermain untuk membuang puntung rokok tidak di sembarang tempat. "Kalau habis ngerokok, puntungnya dimatikan sampai benar-benar mati. Kalau rumput di sini terbakar, kita juga kan yang ruginya karena mengganggu kenyamanan bermain. Bahkan dapat membuat kita tidak bisa bermain lagi," pesannya.
Kabut asap yang melanda sebagian besar wilayah di Kalsel, diakui Subakhi, juga mengganggu kenyamanan para pegolf bermain. Yang biasanya pegolf bermain dari pagi, kini menunggu siang baru memulai permainan. "Kalau lagi kabut susah mencari bola, karena jarak 100-150 meter bola tidak dapat kelihatan mengarah ke mana. Bahkan bisa membahayakan pegolf lain karena tidak melihat arah bola. Karena itu mereka biasanya menunggu siangan, baru mulai bermain," tambahnya.
Kabut asap yang melanda sebagian besar wilayah di Kalsel, diakui Subakhi, juga mengganggu kenyamanan para pegolf bermain. Yang biasanya pegolf bermain dari pagi, kini menunggu siang baru memulai permainan. "Kalau lagi kabut susah mencari bola, karena jarak 100-150 meter bola tidak dapat kelihatan mengarah ke mana. Bahkan bisa membahayakan pegolf lain karena tidak melihat arah bola. Karena itu mereka biasanya menunggu siangan, baru mulai bermain," tambahnya.
Salah satu atlet golf Kalsel, Wendy Karyanto, memaparkan dalam dua pekan terakhir cukup kesulitan latihan di Swargaloka. Pasalnya, guliran bola tidak sesuai harapan. "Pasti lah jauh berbeda bola yang bergulir di rumput yang hijau sama rumput cokelat dan kering. Ini termasuk tantangan tersendiri juga sih bagi saya," candanya.(Radar Banjarmasin)
0 comments:
Post a Comment