Ciptakan Anti Virus, Tak Pernah Terbayang Soal Profit

Zainuddin  saat di ruangan kerjanya yang sederhana

Berbincang dengan Founder SmadAV, Zainuddin Nafarin

Mungkin anda saat ini adalah salah satu pengguna SmadAV, anti virus yang ditemukan oleh Zainuddin Nafarin. Wajar, karena anti virus yang satu ini dikenal ampuh membersihkan virus-virus lokal. Berikut hasil wawancara penulis dengan CEO & Founder SmadAV tersebut!

RAHMAT HIDAYATULLAH, Banjarmasin

“Tidak pernah terpikir”. Itulah pernyataan Zainuddin ketika ditanya soal profit yang sudah didapatkannya selama ini. Zai (akrab ia disapa, red) mengaku, awalnya memang karena hobi dalam pembuatan program komputer dan tertarik mengembangkan antivirus.
“Dulu semua SmadAV versinya gratis, ternyata setelah beberapa tahun berjalan bisa dikomersilkan dengan adanya versi berbayar Smadav Pro,” ungkapnya Minggu (21/6) tadi malam.
Diceritakannya, saat pertama mengenal pemrograman di kelas 2 SMA tahun 2006, ia langsung tertarik dan menjadi hobi. Ia terus pelajari setiap hari. Alasannya karena sebelumnya saat aktif di Olimpiade Matematika SMA, ia hanya mempelajari Matematika secara teori tanpa penerapan. Dalam pembuatan program komputer ternyata Matematika sangat diperlukan dan dapat diaplikasikan langsung, khususnya lagi dalam pembuatan program antivirus.
Dulu di tahun 2006, ia belajar bersama teman-teman se-Indonesia di forum internet "VBBego", di sana saat itu memang sedang trend belajar pembuatan virus dan antivirus. “Waktu itu kami masih harus ke warnet untuk sekedar berdiskusi di forum, berbeda dengan sekarang dengan akses internet yang mudah dan setelah ada facebook dan media sosial lainnya, forum-forum diskusi sudah tambah sepi,” ucapnya.
Saat itu ia mengembangkan antivirus dengan belajar di komunitas tersebut dan juga dari sumber referensi internasional. Ia hanya mengembangkan SmadAV saat kelas 2 SMA, setelah itu vakum karena untuk persiapan mewakili Kalteng di OSN Matematika 2007, dan setelah itu juga harus persiapan untuk Ujian Nasional dan Ujian Tulis masuk UGM.
Setelah diterima masuk UGM di jurusan Matematika 2008, ia kembali mengembangkan Smadav namun hanya di saat waktu luang, karena saat itu ia bekerja di perusahaan internasional RentACoder.com sebagai programmer untuk biaya hidup dan kuliah selama di UGM.
“Penghasilan saya di sana perbulannya berkisar antara 4-8 juta. Karena bekerja ini kuliah saya jadi terbengkalai, sehingga saya memutuskan ikut tes lagi untuk masuk ke jurusan Ilmu Komputer 2009 di UGM juga, dan saya sudah lulus di tahun 2013 lalu,” ucapnya.
Karena waktu itu Smadav masih gratis, jadi semua biaya operasional SmadAV di-cover oleh dana pribadi. Dengan biaya operasional yang semakin besar, pada pertengahan 2009 akhirnya ia mulai mencoba membuat SmadAV Pro untuk versi berbayarnya.
“Saya juga terkejut waktu itu karena omset bulan pertamanya sudah sebesar 15 juta, mungkin karena waktu itu pengguna Smadav sejak 2006 sudah banyak,” ucapnya.
Sejak saat itu ia berhenti bekerja di RentACoder dan fokus hanya mengembangkan Smadav dan kuliah. Sejak saat itu, omsetnya terus naik dan sampai sekarang stabil berkisar antara 30-50 juta per bulan.
Smadav sendiri adalah proyek hobi yang kebetulan dapat dikomersilkan, bukan startup yang direncanakan. Untuk startup dengan perencaan lengkap sejak awal, ia pun menampilkan data dari FundersandFounders.com, bagi pemula hanya 1 dari 5 startup yang sukses. Bahkan bagi veteran yang sudah berkali-kali dan berpengalaman membangun startup tetap tidak ada resep sukses 100 persen untuk membangun startup, untuk veteran peluangnya hanya 30 persen artinya 7 dari 10 startup ini gagal.
Sejumlah pelajaran yang bisa diambil seperti tidak perlu pengembangan terlalu besar di awal-awal. Lebih cepat gagal lebih baik agar bisa move on dan fokus pada startup berikutnya. Lebih cepat dalam merilis produk versi pertama (versi 1.0), segera rilis untuk mengetes apakah produk ini diterima atau tidak oleh pengguna.
“Hal yang penting adalah kita dapat mengembangkan produk yang dibutuhkan oleh pengguna dan mempunyai pengguna yang potensial untuk membeli produk kita,” ucapnya.
Kemudian tidak harus ide besar, biasanya ide baru yang belum ada di market memang belum ada karena sebelumnya tidak pernah sukses di market, malah lebih bagus membuat produk yang sama dengan kompetitor namun produk kita mempunyai keunikan tertentu, misalnya seperti Smadav yang walaupun tidak mempunyai fitur selengkap antivirus luar negeri, tapi mempunyai fitur-fitur yang tidak ada di antivirus luar negeri, dan Smadav lebih fokus pada pengguna komputer di Indonesia yang kebanyakan menggunakan USB Flashdisk sehingga Smadav fokus pada proteksi USB Flashdisk. Pelajaran lainnya mempunyai dana untuk bertahan hidup selama membangun startup.
“Jadi kita tidak harus berhenti dari pekerjaan saat ini dan fokus hanya membangun startup,” ucapnya.
 Menurutnya lebih baik membangun startup sambil tetap bekerja untuk meng-cover biaya operasional selama startup belum memperoleh keuntungan. Karena biasanya setelah rilis produk pertama, masih memerlukan waktu berbulan- bulan untuk mengumpulkan banyak pengguna untuk bisa memperoleh keuntungan.
Selain itu juga lakukan karena memiliki hobi di bidang tersebut. Untuk startup di bidang IT, segala hal tidak harus selalu berhubungan dengan IT. Kita dapat membangun startup dengan menggabungkan hobi dengan keahlian di bidang pembuatan program, misalnya jika hobi batu akik, bisa mengembangkan aplikasi android klasifikasi batu akik.
Ia pun juga punya saran untuk pemerintah daerah. Menurutnya, pemerintah bisa menginisiasi pembuatan komunitas startup lokal, di komunitas itu mungkin bisa diadakan pertemuan untuk kerjasama antara akademisi, startup, pemerintah dan investor.
Di sana juga bisa didiskusikan apa saja sarana dan informasi yang dapat dibantu oleh pemerintah daerah untuk mendukung suksesnya startup-startup baru ini, baik sukses secara lokal di tingkat kota/provinsi, lebih-lebih lagi bisa sampai di tingkat nasional/internasional.
Sekadar diketahui, Zainuddin Nafarin, S.Kom, dilahirkan di Palangkaraya, Kalteng, 22 September 1990, orangtua berasal dari Kalsel. Bapak Drs. H. Rojianoor Bk berasal dari Alabio dan Ibu Hj. Marhamah S.Pd berasal dari Kandangan.

Smadav sudah dikembangkan sejak 2006 di Palangkaraya, dan di Yogyakarta pada tahun 2008-2013 saat kuliah di UGM. Kantor Smadav sejak 2013 sampai saat ini berada di Palangkaraya, dengan dua orang asisten Zainudin di bidang pemrograman dan analisa virus, M. Ridzky, S.Kom dan Riyan Hidayat, S.Kom “Saat ini saya masih berpindah-pindah tinggal di Banjarmasin dan Palangkaraya karena keluarga saya ada di 2 kota ini,” ucapnya.  (*)
Share on Google Plus

About Unknown

    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Post a Comment