Seriusi Wisata Susur Sungai

DITARIK - Dari Lokbaintan ke Tendean
BANJARMASIN – Makin terkikisnya kehidupan sungai di Kota Banjarmasin rupanya tidak ditampik Dinas Budaya dan Pariwisata Kota Banjarmasin. Inilah alasan mengapa Pasar Terapung Tendean dibuat sejak awal tahun 2015 kemarin.
Sejak dibukanya menara taman tepian sungai di Siring Tendean, pusat interaksi masyarakat mulai terarah ke sungai. “Dulunya tidak punya dudukan, sekarang sudah ada. Sehingga bisa menikmati view sungai dari atas atas dan gratis, melihat kelotok jalan pun sudah bisa,” ucap Kepala Dinas Budaya dan Pariwisata Iwan Fitriadi didampingi Kepala Bidang Pengembangan Pariwisata Ir HM Khuzaimi.
Ditambah lagi dengan adanya Pasar Terapung di Siring Tendean dari Sabtu sore hingga Minggu pagi sampai pukul 11.00 Wita. Ini merupakan pusat hiburan masyarakat saat ini. Masyarakat bisa menikmati Pasar Terapung di tengah kota.
“Hanya modal parkir saja, kemudian bisa sebebaskan menikmati pasar di sungai,” tandasnya.
Dua objek wisata ini ungkap Jimmy (biasa Khuzaimi disapa, red), kehidupan transportasi sungai mulai kembali terbentuk. Tidak cukup sampai di situ, ia pun melakukan pembinaan dan bekerjasama dengan warga yang peduli dengan wisata sungai.
“Kami pun menyadari transportasi sungai mulai ditinggalkan. Makanya kami bina 29 juragan yang tergabung di Persatuan Kelotok Banjarmasin,” ucapnya.
Juragan kelotok ini tugasnya untuk mensukseskan transportasi susur sungai.
Rute sekarang baru rute pendek. Namanya “Jalan-Jalan Sungai”. Dari Pasar Terapung Tendean  ke Jembatan Pasar Lama. Jarak tempuhnya sekitar satu kilometer dengan tarif Rp5 ribu per orang. Kemudian dari Pasar Terapung Tendean menyeberang ke Pemkot Banjarmasin. Tarifnya sama Rp5 ribu.
“Nah rute ke tiga, tarifnya Rp25 ribu. Rutenya, Pasar Terapung Tendean, Pasar Terapung Kuin kemudian napak tilas menikmati Sun Set di Sultan Suriansyah. Ini baru kami garap dua bulan,” ucapnya.
Ia pun tidak menampik melakukan pembinaan terhadap warga Lok Baintan Kabupaten Banjar. Ada sekitar 75 warga yang dibina untuk berjualan di Pasar Terapung Tendean. Setiap Sabtu sore mereka ditarik menggunakan kelotok. Namun Jimmy membantah jika mengganggu keberlangsungan objek wisata Pasar Terapung Lok Baintan. “Kita bangun komunitas sendiri. Orang-orang Lok Baintan di sana kita bina kemudian kita ajak ke Banjarmasin,” ucapnya.
Dulunya ungkap Jimmy, pedagang apung ini diberikan kompensasi Rp50 ribu per hari untuk berjualan di Pasar Terapung Tendean. Cukup tiga bulan diberikan kompensasi, pedagang apung sudah bisa mandiri. Hal ini pun dibuktikan dengan menginapnya acil pedagang di Pasar Terapung Tendean untuk kembali berjualan besok harinya di Minggu pagi. Mereka tidur di bawah payung di lanting apung.
“Karena merasa saat ini menguntungkan. Acil pedagangnya dikasih kesempatan berjualan di sana sudah sangat senang. Namun ada peraturannya,” ucapnya.
Acil pedagang sebut Jimmy, tidak diperkenankan mematok harga di atas harga pasar tradisional. Harganya sama atau lebih murah dari pasar tradisional di Banjarmasin.
“Peraturannya tidak boleh mahal berjualan di sana. Mereka kita kasih fasilitas, kemudian juga makan siang,” ucapnya.
Usia pedagang saat ini berkisar antara 37 sampai 85 tahun. Tentunya ungkap Jimmy, ia pun sudah memikirkan generasi penerus untuk menghidupkan Pasar Terapung Tendean ini. Pilihan terbaiknya adalah makin mempromosikan wisata sungai.
“Simpel saja. Kalau ramai, kemudian menguntungkan, dengan sendiri generasi penerus bermunculan,” tandasnya.
Perencanaan ke depan ungkapnya membuat program wisata susur sungai. Rutenya, dari Pasar Terapung Tendean hingga menuju Lok Baintan menggunakan kapal kelotok juragan. Saat ini, Dinas Pariwisata juga sedang melobi Bank Indonesia (BU) untuk mefasilitasi kapal wisata.
Kapal wisata ini nantinya akan touring. Rutenya dari Siring Tendean ke kampung Sasirangan Sungai Mesa. Kemudian melihat lokasi eks Masjid Jami, di sana ada reruntuhan dengan view menarik. Tujuan selanjutnya ke kawasan Kampung Banjar Sungai Jingah, di sana ada puluhan rumah tradisional. “Sudah kami lakukan pendataan di sana. Di sana nanti ada Kampung Wisata Sungai Jingah,” tandasnya.
Berlanjut ke Museum Waja Sampai Kaputing (Wasaka). Nantinya akan digelar antraksi di dermaga Museum Wasaka sehingga menjadi wisata tempi sungai. Kemudian dilanjutkan dengan sarapan pagi atau makan di dua tempat yang sudah terkenal di Benua Anyar. Yakni Soto Bawah Jemabatn atau Soto Bang Amat.
“Sebelum menuju Lok Baintan makan dulu. Di perjalanan nanti, bisa mampir sebentar untuk wisata keramba, kemudian kawasan alam roh dam berlanjut ke Lok Baintan. Rutenya sekitar 18,5 kilometer dengan waktu tempuh dua jam,” tandasnya.
Rute ini pun ungkap Jimmy akan kembali menghidupkan Pasar Terapung di Kuin. Karena menjadi salah satu tujuan wisata susur sungai. Ke depan akan kita lakukan pendataan lagi. “Karena sepi makanya sekarang sudah mulai berkurang. Namun masih ada yang jualan soto, kue tradisional dan lainnya,” ucapnya.
Selain konsep, infrastrukturnya pun harus jelas. Kepala Dinas Sumber Daya Air (SDA) dan Drainase Ir Muryanta mengatakan, revitalisasi dan penataan bantaran sungai sangat penting dengan melihat kondisi sekarang ini. Sungai-sungai mulai mengalami penyempitan lantaran bangunan rumah yang menonjol ke sungai.
“Ke depan kita menginginkan konsep waterfront city. Waterfront city merupakan konsep pembangunan kota yang berhadapan atau berbatasan dengan air baik itu laut, sungai, danau atau waduk,” ucapnya didampingi Kabid Sungai Besar Joko Pitoyo kepada Radar Banjarmasin.
Saat ini, Dinas SDA dan Drainase Banjarmasin ungkapnya memang tengah memfokuskan pembangunan revitalisasi dan penataan bantaran sungai di kawasan Tendean. “Tahun 2015 ini nantinya ada rekreasi pinggir sungai. Di sana, Pemkot Banjarmasin akan bangun sarana olahraga seperti lapangan basket dan patung bekantan,” tandasnya.
Menurutnya, revitalisasi dan penataan bantaran sungai ini perlu anggaran yang tidak sedikit. APBD kota maupun provinsi pun sepertinya masih belum cukup. Sehingga dibantu Balai Wilayah Sungai Kalimantan II untuk merealisasikannya.
Selain melakukan penataan di sungai besar, Dinas SDA dan Drainase saat ini juga tengah melakukan penataan di sungai kecil  seperti kawasan Veteran. Setelah dilakukan pembebasan kemarin, tahun 2016 nanti akan dimulai program fisik.

“DED-nya sudah jadi tahun kemarin. Kita masih melobi kementerian. Usulan kita penyiringan tiga kilometer dengan anggaran sekitar 200 miliar,” tandasnya. (mat)
Share on Google Plus

About Unknown

    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Post a Comment