Rupiah Anjlok, Pekerja Terancam PHK

BANJARMASIN – Anjloknya nilai rupiah saat ini terhadap dolar mengancam ratusan ribu bahkan jutaan karyawan di Kalimantan Selatan. Jika masih bertahan diangka Rp13.000 terhadap dolar AS, maka bisa memicu pemutusan hubungan kerja (PHK) pekerja di Kalsel.
Berdasarkan data yang dihimpun Radar Banjarmasin di tahun 2015 ini ada sekitar 533.291 pekerja paruh waktu. Kemudian ada sekitar 203.867 pekerja setengah penganggur yang mencari kerja. Dua kategori itu disebut bekerja tidak penuh.
Kebanyakan, pekerjaan paruh waktu ini dikontrak. Berbeda dengan pekerja penuh di Kalsel yang jumlahnya mencapai 1.131.435 orang. Anjloknya nilai rupiah ini membuat sejumlah perusahaan di Kalsel pikir-pikir terhadap pekerja tetap apalagi paruh waktu tadi. Mereka berdalih efesiensi anggaran. Dampaknya, pengurangan insentif. Ujung-ujungnya, merumahkan pekerja hingga PHK.
Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Kalsel Salim Fachri menyebutkan, tidak hanya perusahaan tambang Kalsel saja yang melemah, namun juga perusahaan di sektor lain. Di Kalsel ada dua perusahaan tambang besar. Satu perusahaan sudah merumahkan tidak kurang dari 3800 pekerjaannya. Mereka adalah pekerja tetap yang tinggal menunggu keputusan PHK.
“Itu baru satu yang terpantau. Dan baru perusahaan besar. Kalau perusahaan kecil tidak usah disebut lagi, pasti sudah bangkrut,” tandasnya.
Pantauan Apindo Kalsel, daya beli masyarakat di Kalsel saat ini makin melemah. Masyarakat pikir-pikir untuk membeli kebutuhannya selain kewajiban sembilan bahan pokok. Beras, gula pasir, sayur, daging, minyak, susu telur. Gas LPG dan lainnya ini menjadi prioritas utama dari pada membeli perabotan elektronik, transportasi dan lainnya.
“Kita lihat saja sekarang, daya beli masyarakat terhadap mobil contohnya. Target perusahaan mobil tidak tercapai hingga Mei tadi. Itu baru satu perusahaan,” ucapnya.
Salim Fahri pun agak sedikit cemburu dengan Pemprov Kalteng. Kendati nilai rupiah terpuruk, namun tingkat data beli masyarakat di sana masih tergolong bagus. Hal ini lantaran masuknya investor asing ke daerah yang membuat peningkatan ekonomi makin bagus.
“Di sana ada masuk perusahaan minyak asing. Sedikit tidaknya pasti berpengaruh terhadap perekonomian di Kalteng,” tandasnya.
Menyikapi ancaman terhadap pekerja di Kalsel, Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Kalsel Anton Simbolon status “dirumahkan” masih belum di-PHK. Sehingga masih ada hubungan kerja dengan pihak perusahaan. Tentunya soal upah tetap dijalankan.
“Upah masih jalan, soal menurunkan produksi atau tidak, itu hanya berpengaruh kepada tidak adanya lembur untuk tambahan pendapatan,” ucapnya kepada Radar Banjarmasin.
Kemudian tambahnya, sampai saat ini belum ada informasi dari pihak perusahaan terhadap pekerja Kalsel yang sampai di PHK. Namun yang ada berkurangnya pendapatan akibat tidak lembur.
“Ini disebabkan menurunkan nilai eksport. Kemudian juga untuk tambang saat ini lagi down,” ucapnya.
Pemprov Kalsel pun ungkap Anton berusaha meningkatkan kualitas pekerja agar mendapatkan apresiasi di tempatnya bekerja. Tentunya, perusahaan mempertimbangkan pekerja Kalsel yang memiliki kemampuan di bidangnya.
“Melalui unit pelaksana teknis dinas Balai Latihan Kerja (BLK) kami bertekad untuk mewujudkan BLK Provinsi Kalimantan Selatan menjadi BLK berstandar Internasional,” ucapnya.
Kemudian tambah Anton, beberapa waktu lalu dinasnya menerima penyerahan sertifikat ISO 9001 : 2008 bagi BLK Banjarbaru. ISO 9001 : 2008 adalah merupakan standar internasional di bidang sistem manajemen mutu.
Suatu lembaga/organisasi yang telah mendapatkan akreditasi ISO tersebut, dapat dikatakan telah memenuhi persyaratan internasional dalam hal manajemen penjaminan mutu produk/jasa yang dihasilkannya.
Pelatihan Kerja Berbasis Kompetensi sangat diperlukan untuk penyiapan tenaga kerja industri yang kompeten, khususnya menghadapai ASEAN Economic Community yang akan diberlakukan pada akhir tahun 2015.
Dengan diberlakukannya ASEAN Economic Community akan terjadi perdagangan bebas di seluruh Negara ASEAN, tidak saja untuk barang/produk tetapi juga perdagangan bebas dari segi jasa, termasuk tenaga kerja.
“Sehingga tenaga kerja Indonesia harus dipersiapkan untuk mampu bersaing dengan tenaga kerja dari negara-negara ASEAN lainnya. Keberadaan BLK diharapkan mampu untuk mengantisipasi pasar bebas ASEAN tersebut, sehingga tenaga kerja kita tidak menjadi penonton di negeri kita sendiri,” ucapnya.

Anton pun berharap kepada stake holders lainnya agar bersama-sama memberikan perhatian secara terintegrasi dalam mendorong serta menciptakan peluang investasi di Kalsel. “Dengan semakin banyak investasi yang datang, maka kesempatan kerja semakin terbuka dan tersedia,” tandasnya. (mat)
Share on Google Plus

About Unknown

    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Post a Comment